Belajar dari Universitas Bank Indonesia, Another Story of Another Hogwarts of Indonesia

Sebulan menimba ilmu di Universitas Bank Indonesia merupakan pengalaman berharga dan penuh hikmah sepanjang dalam sejarah kehidupanku. Betapa tidak hampir setiap hari selalu ada hikmah yang dapat dipetik dari lingkungan Bank Indonesia yang kondusif dan nyaman.

Pengalaman magang selama sebulan di peralihan semester lima ke semester 6 diawali sejak tanggal 27 Desember 2016. Hari pertama merupakan hari yang sangat menarik sekaligus menantang bagiku dan juga Mba Betty dan Mba Rahma (Wakabid 2 PSDM HMI Cabang Sleman). Namun demikian, sebelum kami menginjakan kaki untuk pertama kalinya di Bank Indonesia Pusat, ada sekelumit perjalanan yang cukup kompleks yang perlu kami tempuh.

Pada awalnya kami tidak berniat untuk mengikuti magang di Bank Indonesia di akhir semester ganjil 2016. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah tujuan awal kami. Segala persiapan mulai dari surat pengantar magang dari fakultas dan juga proposal pun sudah kami siapkan. Tidak tanggung-tanggung, Mba Rahma saat itu langsung mengantarkan proposalnya ke Kantor OJK pusat. Akan tetapi, sesampainya Mba Rahma di kantor OJK, dia langsung disambut dengan pernyataan bahwa untuk periode Desember hingga Januari, OJK sudah tidak menerima mahasiswa magang. Beruntungnya, satpam tersebut mengarahkan Mba Rahma untuk mengajukan proposal magang kami ke Bank Indonesia yang terletak berseberangan dengan OJK.

Berbekal dengan pengantar surat magang yang hendak ditujukan ke OJK lengkap beserta dengan proposalnya, Mba Rahma memberanikan diri untuk mengajukannya ke Bank Indonesia. Perjuangan mba Rahma untuk meyakinkan Bu Tita, selaku perwakilan dari DSDM Bank Indonesia akhirnya berhasil. Kami bertiga diterima untuk mengikuti program magang untuk periode Desember-Januari di Departemen Riset Kebanksentralan.

Senin, 27 Desember 2016 adalah hari pertama kami memulai magang. Di hari pertama kami tidak langsung datang dan bekerja tapi kami harus mengurus absensi kami terlebih dahulu ke DSDM. Butuh waktu sekitar 4 hingga 5 jam bagi kami untuk menunggu. Hingga akhirnya kami dapat menuju ke departemen Riset Kebanksentralan yang gedungnya berseberangan dengan DSDM. Hari pertama, kami berada di bawah mentor kami yaitu Bu Parti. Beliau adalah asisten manager yang kebetulan menangani SLA. Hari pertama, kami disuguhkan dengan berbagai macam dokumen yang terdiri dari warkat realisasi anggaran, surat perintah membayar dan berbagai dokumen pertanggungjawaban lainnya. Mentor kami mengatakan bahwa di akhir tahun memang banyak pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih menjelang masa-masa audit. Keberadaan kami awalnya kami rasakan seperti dimanfaatkan. Akan tetapi, bagi kami akhirnya menyadari bahwa dengan begitu maka kami pun akan belajar tentang banyak hal khususnya di bagian yang kami tangani ini. Mba Rahma dan saya merasakan betul “the feel of accounting and being an accountant” di sini. Akan tetapi, Mba Betty yang memiliki background Ilmu Ekonomi belum sampai pada titik “to get the feel out”. Minggu pertama pun berlalu dengan rutinitas kami yang harus berjibaku dengan dokumen-dokumen tersebut. Sembari kami berdoa agar Pak Widodo selaku mentor kami yang bertugas untuk membagi tugas sekaligus rotasi tugas akan memindahklan kami ke bagian penelitian sesuai dengan ekspektasi kami di awal di departemen riset kebanksentralan. Ilmu, ya ilmu yang kami cari.

Benar saja, di minggu ke dua, di awal tahun 2017, Pak Widodo merotasi tugas kami ke bagian penelitian tepatnya di kesejarahan. Mba Rahma dan aku diperbantukan untuk mencari data tentang komoditas dan juga kapasitas pelabuhan di Indonesia. Kami merasa senang, karena kami tertantang untuk mencari data-data yang diperlukan. Hampir setiap hari di minggu kedua kami setiap hari berkunjung ke perpustakan Bank Indonesia untuk mencari data-data penelitian yang kami butuhkan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di perpustakaan tersebut. Dengan bergantinya tugas kami, maka mentor kami pun berganti. Pak Haslim Hasanuddin adalah mentor kami. Beliau bukan hanya sebagai mentor akan tetapi juga sebagai inspirator bagi kami. Setiap hari sebelum kami pulang, kami selalu dikumpulkan untuk diberi wejangan oleh Pak Haslim. Satu wejangan yang selalu kami ingat yaitu kalimat singkat namun penuh makna bagi kami,

“Low cost, high product” -Haslim Hasanuddin-

Filosofi yang terkandung di dalamnya yaitu “iso o rumangsani, ojo rumangsa iso”. Tetaplah berpenampilan sederhana, jangan sombong. Mutiara akan tetap bercahaya sekalipun tenggelam dalam lumpur.

Minggu ke tiga dan ke empat kami mengalami rotasi lagi. Aku dan Mba Rahma diperbantukan kepada Bu Enny selaku Internal Control Officer. Tugas kami adalah melakukan audit internal terhadap kinerja Departemen Riset Kebanksentralan(DRK). Kami lembur hamper setiap hari. Akan tetapi, kami merasa bahagia karena tugas ini sesuai dengan bidang kami yang berlatarbelakang akuntansi. Banyak hal yang tidak kami dapati di dalam bangku kelas selama kami kuliah seperti apa yang ada di praktek kerjanya.

Nilai plus yang kami dapatkan selama magang di Bank Indonesia adalah lingkungan kerja yang kondusif. Setiap jam solat ashar datang, Direktur Departemen Riset Kebanksentralan (DRK), Pak Darsono selalu mengajak seluruh pegawai dan staffnya termasuk mahasiswa-mahasiswa yang magang untuk mengikuti solat ashar berjamaah. Sebelum solat berjamaah selalu ada kultum bersama yang diisi oleh jajaran asisten manager di DRK. Setiap Senin-Kamis, Pak Darsono juga mentratktir kami semua yang berpuasa Sunnah di hari itu dan mengadakan buka bersama. Hal-hal kecil inilah yang kami rindukan dari Bank Indonesia.

Akhirnya, selama kurang lebih 20 hari pun usai. Magang di Bank Indonesia bagi kami tak lain sama halnya dengan memasuki kuliah setiap hari. Karena setiap hari kami belajar hal-hal baru. Bank Indonesia adalah Universitas Bank Indonesia ∎

 

Erlin Meida Ramadhani – Wakil Kepala Unit Kajian HMI FEB UGM 1438/1439 H

 

<span style=”color: #ffffff;”><a style=”color: #ffffff;” href=”https://matob.web.id”>jasa desain website berkualitas </a></span>