Bercumbu dengan Mimpi

 

Ciumlah aroma ilmu yang menggairahkan di luar sana, temui Professor penerima Nobel itu, ajaklah berdebat sampai kau puas, lalu pulanglah dan bawalah mimpimu ke Indonesia, niscaya dunia akan menyambutmu” –  Bardford, United Kingdom, 2014

Sekolah di luar negeri mungkin terdengar utopis bagi sebagian orang, sistem pendidikan yang berbeda, tes bahasa Inggris yang melelahkan hingga sulitnya memperoleh beasiswa sering dijadikan hambatan. Namun, satu hal yang perlu diketahui, semuanya kembali pada diri kita sendiri: mau mencoba atau berdiam diri saja. Tanpa mencoba kita tidak akan tahu di mana titik maksimal kemampuan kita.

Pertanyaan mendasar dari hal tersebut adalah kenapa harus kuliah ke luar negeri? Apa untungnya? Jawabannya mungkin panjang. Jika sekadar mencari ilmu tentu memandangi kuliah Harvard di Youtube pun sudah cukup, atau membaca jurnal-jurnal internasional pun hari ini bisa dilakukan semua mahasiswa di mana pun selama koneksi internet tersedia. Namun, soal koneksi akademik itu harganya sangat mahal. Orang-orang yang berada satu kelas dengan kita mungkin akan menjadi penemu-penemu baru, direktur-direktur baru yang namanya masuk dalam majalah Fortune. Teman-teman yang diajak belajar selama di kampus itulah yang akan menjadi aset terbesar ketika kuliah di luar negeri.

Bertemu dengan manusia dari seluruh penjuru dunia membuat wawasan kita semakin terbuka. Alasan berikutnya adalah kesempatan untuk bekerja paruh waktu atau dikenal dengan part-time job. Jangan dibayangkan kerja part-time hanya mencuci piring atau menjadi kasir minimarket, jauh dari itu, mahasiswa yang tengah studi master (S2) dapat bekerja di lembaga-lembaga sosial pemerintah setempat. Membantu homeless atau gelandangan, kerja sosial, dsb. dengan gaji di atas upah minimum. Di Inggris, upah minimum adalah £6,5 per jam atau Rp130.000 per jam. Dalam seminggu kerja-kerja part-time walaupun maksimum dibatasi 20 jam bisa menambah uang saku mahasiswa sebesar Rp2.600.000.

Bagi yang berlatar belakang organisasi, bergabung di organisasi mahasiswa, seperti Student Union, pun digaji layaknya karyawan profesional. Latar belakang organisasi waktu S1 merupakan pintu untuk lebih aktif di organisasi mahasiswa. Selain mengurangi stres belajar, kerja part-time di Student Union dapat menambah pengalaman dan memperluas jaringan. Secara umum kegiatan Student Union cukup menarik, seperti advokasi mahasiswa hingga acara-acara penyambutan mahasiswa baru. Bagi yang ingin kerja part-time sekaligus belajar, Bank Indonesia cabang London menerima mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kuliah di Inggris untuk magang. Pengalaman magang atau part time ini menjadi nilai tambah ketika kembali ke Indonesia terutama yang berlatar belakang jurusan Ilmu Ekonomi.

Ketiga, bermain-main. Jangan bayangkan kuliah di luar negeri selalu penuh dengan belajar. Justru yang terpenting dalam prinsip pendidikan di Barat adalah keseimbangan antara bermain dan belajar. Waktu belajar dalam seminggu pun terbilang pendek, hanya 6-10 jam. Sisanya merupakan kebebasan sepenuhnya bagi mahasiswa: belajar lagi atau bermain. Banyak kota-kota menarik yang bisa dikunjungi saat akhir pekan. Bagi yang senang berkumpul, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) juga terkadang menggelar gathering, lomba olahraga, dsb.

Jangan lupa juga untuk mempelajari budaya setempat sebelum berangkat, itu hal yang penting untuk dilakukan. Di Bradford, kota di utara Inggris misalnya, hampir sama dengan Yogyakarta secara umum. Dulu pertama kali saya membayangkan penduduk dengan raut wajah serius dan jangan harap tersenyum kepada orang asing. Itu tidak sepenuhnya benar, justru di Bradford, panggilan “Love” dianggap wajar untuk menyapa siapa pun. Jadi, cukup aneh juga memanggil supir bus yang berkumis tebal dengan panggilan “Love”.

Lalu menunggu apa lagi? Ada tips singkat untuk mempersiapkan keberangkatan kuliah ke luar negeri. Pertama, IELTS (tes bahasa Inggris) harus di atas 6.5, tetapi jangan khawatir, banyak tempat yang menyediakan kursus IELTS dengan harga terjangkau, terutama di Yogyakarta. Beberapa kampus membutuhkan persyaratan khusus, seperti GRE (tes potensi akademik), maka, rajin-rajinlah berkunjung ke website kampus yang ingin dituju. Selanjutnya, perhatikan soal rangking kampus. Jangan hanya melihat rangking umum, tetapi spesifik ke program yang ingin dituju (Cek Financial Times Rank untuk sekolah bisnis terbaik di dunia).

Berikutnya ketika sudah mendapatkan surat tanda telah diterima (acceptance letter) dari kampus yang dituju, segera daftar ke beasiswa yang ada di Indonesia. Salah satu beasiswa yang direkomendasikan adalah Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Di sini mahasiswa yang punya latar belakang aktivis organisasi mahasiswa lebih mudah diterima. Cek jadwalnya dan persiapkan dokumen dengan matang. Selamat berjuang!∎

Bhima Yudhistira – Sekretaris Umum HMI FEB UGM 2011-2012, Ekonom INDEF