Lafran Pane dan Pilihannya di Garis Lurus

Nama Lafran Pane memiliki jangkauan spektrum yang semakin luas, kini dia bukan hanya dikenal di kalangan Himpunan Mahasiswa Islam, lebih dari itu namanya kini dikenal oleh rakyat Indonesia secara umum, hal tersebut setelah pemerintah melalui Presiden Joko Widodo menetapkan Lafran Pane sebagai salah satu pahlawan nasional. Bagi keluarga besar Himpunan Mahasiswa Islam, momen ini tidak mungkin bisa dilupakan, betapa tidak HMI dan Lafran Pane tidak mungkin dipisahkan, pria asal Sumatera Utara ini merupakan tokoh sentral pendiri HMI, sebuah organisasi yang dalam perjalanan sejarahnya bukan hanya mampu eksis di kampus yang sekarang telah bernama Universitas Islam Indonesia tempat HMI didirikan, melainkan mampu tersebar di Seluruh Indonesia, boleh jadi di masa itu Lafran Pane belum membayangkan bahwa organisasi yang didirikannya akan sebesar sekarang, namun yang pasti Lafran Pane mendirikan HMI berangkat dari niat yang tulus, berangkat dari kegelisahan yang tulus, niat yang tulus ini kemudian melahirkan manfaat besar.

Lafran Pane sesungguhnya berasal dari keluarga terpandang dan mapan, Lafran Pane bisa saja memilih untuk sekadar menikmati kemapanan hidup tanpa pusing dengan persoalan umat di masa itu, Lafran Pane juga bisa saja memilih menikmati nikmatnya dunia kampus tanpa memusingkan peran mahasiswa di luar koridor akademik yang perlu dijalankan, akan tetapi faktanya Lafran Pane memilih tidak mengambil pilihan itu, dia memilih menyibukkan dirinya dengan permasalahan umat yang sudah mulai kompleks di masa itu, khususnya bila ditinjau dari segi persatuan umat, dia memilih menaruh perhatian serius terhadap permasalah bangsa saat itu, khususnya bila ditinjau dari segi kedaulatan, dimana saat itu rezim kolonial Belanda berupaya menguasai kembali Indonesia, dirinya juga memilih menyibukkan diri dengan kompleksitas suasana mahasiswa yang menurutnya jauh dari cita ideal, khususnya bila ditinjau dari sisi peran yang seharusnya dijalankan mahasiswa, mahasiswa saat itu sudah mulai terjebak dalam lingkaran hedonisme untuk ukuran masanya. Ketiga aspek tersebut, yakni aspek keumatan, kebangsaan, dan kemahasiswaan merupakan penyebab dasar berdirinya HMI, pilihan yang diambil Lafran Pane merupakan pilihan untuk berada di garis lurus.

Pilhan Lafran Pane untuk melakukan kerja perjuangan di garis lurus seharusnya menjadi inspirasi tanpa henti bagi keluarga besar HMI, baik kader aktif maupun alumni. Dengan semakin berkembangnya organisasi ini, komunitas hijau hitam kerap diperhadapkan dengan suasana yang sering memancing lunturnya idealisme, lunturnya pilihan untuk tetap berada di garis lurus sebagaimana pilihan pendiri HMI, suasana tersebut mesti disikapi dengan matang dan cerdas, kesalahan dalam menyikapi hal ini bisa menimbulkan akibat yang fatal. Bahwa terjadi perbedaan cara pandang terhadap realitas dalam generasi yang berbeda di HMI adalah hal lumrah, hal tersebut bagian dari dinamika pemikiran, kekayaan gagasan, akan tetapi yang perlu diingat, model pandangan apapun yang dianut oleh setiap generasi di HMI namun komitmen perjuangan di garis lurus tidak boleh ditinggalkan.

Penetapan Lafran Pane sebagai pahlawan nasional merupakan berkah sekaligus ajang introspeksi bagi HMI, berkah karena perjuangan keluarga besar HMI untuk mendorong ditetapkannya Lafran Pane sebagai pahlawan nasional akhirnya terwujud, tentu perjuangan ini memakan energi yang banyak, dikatakan ajang introspeksi diri karena melalui momen ini HMI bisa melakukan refleksi bersama terhadap dinamika perjuangan Lafran Pane, sudah sejauh mana alumni dan kader menyerap nilai perjuangannya, sejauh mana komitmen alumni dan kader untuk terus berada di garis lurus, apakah kita bisa menyerapnya, tentu kita bisa dan harus bisa.[]

Penulis: Zaenal Abidin Riam, Ketua Komisi Intelektual dan Peradaban PB HMI MPO