Menemukan Kembali Jati Diri Koperasi Modern Indonesia

 

Capital dinobatkan menjadi salah satu buku ekonomi paling laris di dunia selama tahun 2014. Pengarangnya yaitu Thomas Piketty, seorang ekonom muda dari perancis yang bahkan dijuluki sebagai “Marx-nya abad 21” oleh majalah The Economist. Betapa tidak, topik yang diangkat Piketty merupakan bentuk kegelisahan banyak pihak dalam bidang ekonomi. Buku yang membahas tentang kesenjangan ekonomi ini diangkat ketika di AS sedang terjadi gerakan Occupy Wallstreet yang berteriak dengan slogan “We are 99%”.

Piketty menemukan bahwa ketimpangan yang terjadi di dunia sedang menuju ke titik tertinggi mendekati titik tertinggi ketika era sebelum Perang Dunia II. Dengan hasil penemuan berpuluh tahun ini, buku Capital berkesimpulan bahwa ketimpangan yang terjadi ini akibat dari tingkat bunga yang lebih tinggi dari tingkat pertumbuhan. Singkatnya, ternyata ketimpangan yang terjadi dalam pembangunan ekonomi selama ini ada karena “penghisapan” dari modal terhadap kesejahteraan kelas menengah bawah.

Industrialisasi dan pembangunan ekonomi modern saat ini perlu dipertanyakan kembali tujuannya. Apakah ujung dari modernisasi tersebut haruslah mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan? Haruskah kebanggaan material menjadi unsur utama penggerak ekonomi? Sudah sepatutnya para ekonom berhenti sejenak dan berpikir lebih dalam tentang perekonomian kita: di mana ia akan bermula dan berakhir.

“Humanity at Work” – Komunitas Mondragon

Jose María Arizmendiarrieta adalah seorang pendeta yang datang ke Mondragon pada tahun 1941. Di sana, dia mengabdikan dirinya untuk “berdakwah” dalam segala lini kehidupan masyarakat. Semboyannya yang terkenal adalah “berikan dirimu untuk Kristus, cerminkan itu pada tingkah lakumu dengan berbuat baik”. Maka, pada tahun 1943, Jose Maria memutuskan untuk mendirikan sebuah sekolah kejuruan.

Di tahun 1947, sebelas lulusannya ia sekolahkan ke Kota Zaragoza untuk mempelajari teknik perindustrian. Kumpulan pelajar itulah yang nantinya, atas bimbingan spiritual Pastur Jose Maria, mendirikan pabrik yang menjadi basis dari Koperasi Mondragon.

Pengorbanan sang pastur membuahkan hasil. Mondragon saat ini merupakan sebuah koperasi modern yang menjadi contoh bagi gerakan-gerakan koperasi di dunia. Jose Maria kini telah tiada, tetapi ia selalu dikenang sebagai pemersatu komunitas Mondragon yang berhasil mengubah ekonomi kota menjadi komunitas gerakan koperasi. Ratusan ribu penduduk di kota terdaftar dalam koperasi Mondragon. Dalam koperasi, manusia mendapatkan hak atas kapital, bukan kapital yang mempunyai hak atas buruh.

Kini Mondragon mempunyai empat sektor utama dalam bisnisnya: industri, ritel, keuangan, dan pendidikan. Sektor keuangan relatif familiar dalam dunia koperasi di mana di Indonesia dapat mudah ditemui dalam bentuk koperasi simpan-pinjam. Menariknya adalah bahwa Koperasi Mondragon sangat maju dalam sektor ritel dan industri, di mana kedua sektor ini adalah sektor produktif. Bahkan, dalam sektor Industri, Mondragon mampu memproduksi berbagai produk berteknologi tinggi seperti suku cadang kendaraan baik mobil ataupun pesawat terbang. Kualitas produk mereka pun tidak bisa diremehkan.

Model Koperasi Mondragon menjadi topik utama tentang penelitian koperasi di dunia. Mondragon terbukti tidak bergeming dengan adanya guncangan krisis Eropa yang menerjang beberapa waktu yang lalu. Bahkan, dalam salah satu wawancara Amy Goodman kepada salah satu direktur, sejak berdirinya di awal tahun 1960, Mondragon tidak pernah memecat seorang pun pekerjanya. Ketika menemukan salah satu bidang kerjanya lesu akibat rendahnya permintaan pasar misalnya, perusahaan bisa mengalihkan pekerja yang berlebih tersebut pada bidang lainnya. Semboyan Humanity at Work tercermin pada penghargaan perusahaan pada hak dan kesejahteraan pekerja.

Masa Depan Koperasi Indonesia?

Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang menegaskan “koperasi” dalam asas undang-undang dasarnya. Betapa pentingnya kata itu sehingga Bung Hatta rela menempatkannya dalam dasar negara. Kini setelah tahun 2012 ditetapkan sebagai tahun koperasi dunia oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), koperasi Indonesia masih jalan di tempat. Kajian koperasi Indonesia masih dalam tahap nostalgia dari ide-ide Bung Hatta.

Nama kementerian “Koperasi dan UMKM” menyiratkan tentang koperasi yang identik dengan bisnis kecil. keberadaan koperasi di Indonesia paradoks dengan ide pendirinya. Sektor finansial konsumtif masih menjadi primadona bagi bisnis koperasi Indonesia. Bagian produktif seperti industri ataupun ritel masih didominasi bisnis non-koperasi.

Pendidikan koperasi harus menyentuh lagi aspek praksis. Ketertinggalan koperasi Indonesia di kancah dunia bisa dikatakan karena lemahnya edukasi dan usaha politis dari kebangkitan koperasi. Perekonomian dalam konsep islami adalah usaha demi menggapai ridho Allah SWT. Hal ini relevan dengan tujuan koperasi di mana perekonomian disusun atas usaha bersama demi kesejahteraan anggotanya.

Dalam dunia modern, koperasi harus didukung dengan penelitian empiris. Kajian dan penelitian tentang koperasi itulah yang nantinya menjadi dasar penerapannya di Indonesia. Pembentukan komunitas gerakan koperasi harus sesuai dan fleksibel dengan kondisi di masing-masing daerah/wilayah. Seperti Pastur Jose Maria, dengan kegigihan dan mental pelayananlah koperasi bisa berhasil diterima di masyarakat.

Selain kesadaran berpolitik, seharusnya manusia juga mempunyai kesadaran “berekonomi”. Kanjeng Nabi yang mulia berkata bahwa celakalah orang yang tidur kenyang sementara tetangganya kelaparan. Kesadaran ekonomi dimulai dari apa yang kita pelajari dan yang kita lakukan dalam kehidupan ekonomi kita. Bung Hatta menitipkan cita-cita konsep koperasi sebagai kesadaran ekonomi bangsa Indonesia. Mari kita sambut tantangan koperasi di zaman modern ini.

Raushanfikr Muthahhari – Kader HMI FEB UGM, Asisten Peneliti KKDSI (Kelompok Kerja untuk Daya Saing Indonesia)