Muhibah ke Alumni HMI di Jakarta

Awal tahun baru 2017, tepat pada saat liburan semester, pengurus komfak berencana melaksanakan muhibah ke Jakarta bersama-sama dengan utusan dari HMI Cabang Sleman dan beberapa komisariat. Berdasarkan hasil rapat, kami bersepakat untuk berangkat pada hari Senin, 9 Januari 2017.

9 Januari 2017, pada hari itu rombongan komisariat mulai berangkat ke Jakarta. Meskipun rombongan, tapi kami tak terlihat seperti rombongan, kami berangkat dari daerah masing-masing sebab sudah terlanjur berniat mengisi liburan semester dengan pulang kampung. Tapi memang beberapa ada yang dari Jogja sih, namun bukan karena kampungnya di Jogja, tapi karena belum sempat pulang hehe.

Ada yang dari Serang, dari Pekalongan, dan dari Jogja, total yang ikut pada saat itu  orang, 5 orang dari komfak ekonomi (2 orang sebagai utusan cabang), 1 orang kehutanan, 1 orang peternakan, dan 2 orang dari pertanian. Jadi total semuanya 9 orang. Dapat dibilang yang mengikuti muhibah kali ini sangat sedikit. Pada saat persiapan, sebenarnya yang siap akan mengikuti muhibah sekitar 17 orang, namun karena memang belum diizinkan oleh-Nya, ternyata yang lain masih ada kesibukan, diantaranya beberapa ada yang magang, ada yang belum diizinkan karena menemani orang tuanya yang kebetulan sedang tidak sehat, ada juga yang sulit dihubungi pada saat liburan, dan lain sebagainya. Meskipun begitu, muhibah tetap kami laksanakan. Untuk transportasi, ada yang memakai kereta dan ada juga yang memakai bis.

Dengan bermodal kontak-kontak alumni dari kepengurusan tahun lalu. Muhibah kali ini, terutama komfak Ekonomi berkunjung ke tempat Kanda Taufik Rahman, Kanda Budi Yuwono, Kanda Baridj, Kanda Karwi, Kanda Tulus, Yunda Khomsiyah, Kanda Indaryanto, Yunda Tri, dan berhasil berkumpul dengan beberapa kader-kader HMI yang masih muda tapi sudah lulus dan kerja di Jakarta. Disisi lain, tidak sedikit juga yang belum sempat kami temui, ya tentunya karena ada beberapa hal, semisal karena sedang padatnya bekerja sehingga cukup sulit untuk menyesuaikan waktu untuk bertemu dengan rombongan muhibah. Untuk tim muhibah lain, yang utusan cabang, kehutanan, pertanian, tentu sudah banyak tempat juga yang dikunjungi, hingga alumni HMI yang di Tangerang, Bekasi, hingga Bogor pun berhasil dikunjungi. Dalam muhibah kali ini, basecamp muhibah bertempat di kediaman Kanda Indaryanto yang berlokasi di Ciledug. Jadi, kami full menginap di Ciledug, paginya berangkat muhabah, malam pulang ke Ciledug, besok pagi berangkat lagi dan seterusnya.

Pertemuan dengan Kanda Taufik, kami bertemu di tempat kerja beliau yaitu di BNI Jakarta Pusat. Kami melakukan percakapan mengenai keadaan komisariat, membahas jaringan alumni, hingga ngalor-ngidul sampai bahas Pilkada DKI hehe.

Bersama Kanda Taufik di BNI Jakarta Pusat

Selanjutnya pada saat berkunjung ke kediaman Kanda Budi Yuwono, beliau sangat banyak sekali menceritakan kisah perjalanan beliau di masa lalu, yang tentunya banyak sekali pelajaran yang dapat kami ambil, mulai dari hiruk piruknya peperangan sampai-sampai membuat beliau mau tidak mau harus menggunakan prinsip “to kill or to be killed” wow.. kemudian bercerita juga bagaimana latar belakang pendirian BPRS HIK yang berawal dari temu alumni besar-besaran di tahun 1988 yang notabenenya pada saat itu mengadakan perkumpulan seperti itu sangatlah sulit. Mungkin ini sedikit catatan dari cerita beliau (karena begitu panjang ceritanya, berikut yang sempat kami catat saja).

Sejarah Perbankan Syariah, Temu Alumni besar-besaran tahun 1988 

Merupakan perjalanan yang panjang serta menjadi catatan penting dalam sejarah perkembangan perbankan syariah di Indonesia. PT BPRS Harta Insan Karimah (HIK) adalah salah satu bukti perintisan perbankan syariah di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1988. Berawal dari diskusi ketika reuni Alumni HMI FE UGM 1988, menghasilkan ide pentingnya pengembangan perbankan syariah di Indonesia. Selain diharapkan juga dapat menjadi wadah penguat ikatan alumni, merintis sebuah perbankan syariah menjadi hal yang penting mengingat hal ini juga menjadi salah satu upaya riil dari sebuah pergerakan yang menjunjung tinggi nilai-nilai islam. Sesuatu yang akan dibangun menjadi besar dan ditinggalkan kepada generasi selanjutnya.  

Hingga pada tahun 1992 HIK berdiri dan mulai beroperasi pertama kali di Ciledug pada tahun 1993. Perbankan syariah adalah hal yang sangat baru dalam dunia perbankan pada saat itu. Kendala yang sangat klasik melihat bagaimana beliau menceritakan mengenai Indonesia adalah sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar namun belum mengenal perbankan syariah. Perbankan Syariah memang masih dipandang sebelah mata. Meski belum tumbuh sebesar perbankan konvensional, nyatanya HIK sendiri menjadi bukti bagaimana perbankan syariah bertahan dalam gempuran krisis. Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997/8 menyisakan cerita pahit bagi industry perbankan di Indonesia. Terjadi krisis kepercayaan terhadap perbankan. Masyarakat terus menerus menarik uang. Hingga banyak bank tutup dan harus dilikuidasi. Namun, pada saat itu, kinerja keuangan HIK sangat stabil dan ketika banyak bank tergoncang, HIK malah mengalami overliquid dalam operasinya. Hal ini menjadi catatan penting dalam sejarah perbankan yang harus diingat. Tentunya menjadi warisan bagi kita untuk terus ikut andil dalam memajukan perbankan syariah di Indonesia.  

Ya menjadi suatu pelajaran berharga. Suatu cerita yang inspiratif dari seseorang yang jiwa aktivisnya tidak pernah padam. – tapi sayang kami lupa foto bersama Kanda Budi – Menjadi hal yang patut disyukuri bagaimana kita hidup dijaman sekarang yang mana politik cederung stabil dan hak-hak manusia dihormati dan dijamin sepenuhnya. Hal itu yang menjadi impian orang-orang yang hidup sebelum era reformasi. Pergolakan yang hebat hingga melahirkan massa yang tak terhitung jumlahnya tampil didepan menyongsong perubahan besar untuk Indonesia. Sungguh besar perjuangan kala itu.

Selanjutnya, berkunjung ke kediaman Kanda Baridj, dalam pertemuan ini, percakapan lebih banyak pembahasan kondisi komisariat dan nanti kedepannya. Kanda Baridj menyarankan untuk memprioritaskan mencari tanah untuk dijadikan Komisariat kedepannya, tujuannya agar komisariat memiliki alamat yang tetap dan juga sebagai salah satu sarana investasi bagi komisariat sendiri. Kemudian beliau juga menyarankan untuk mengadakan kegiatan yang besar untuk alumni dan juga sebagai sarana pemantik anggota muda dan pengkaderan anggota baru. Seperti Bedah buku, biografi Prof. Rudjito dengan merekomendasikan beberapa pembicara, diantaranya alumni-alumni yang berada di Jogja. Kemudian diperlukan juga untuk membuat database baru baik kader yang masih aktif maupun alumni HMI komfak Ekonomi UGM – lagi-lagi kami lupa foto 

Muhibah selanjutnya, berkunjung ke kediaman Kanda Karwi. Percakapan kali ini agak cukup berbeda dari sebelum-sebelumnya, ya disamping membahas keadaan komisariat terutama dalam hal kaderisasi. Beliau mengajak kami diskusi mengenai permasalahan sistem ekonomi yang ada saat ini. Pengamatan beliau terkait dengan sistem ekonomi sangat mendalam. Menjadi satu pelajaran penting bagaimana sistem ekonomi kiri dan kanan berjalan, bahkan beliau pernah mengkategorikan sistem-sistem ekonomi yang ada saat ini hingga 21 mazhab. Selangkah ke arah mana, sistem ekonomi yang dijalankan di Indonesia ini. Terlintas satu nasihat penting bahwa harapan besar diletakkan pada generasi muda untuk membawa sistem ekonomi yang seharusnya kembali. Bukan dengan bagaimana menggerakkan secara praktis, namun bagaimana arahan teratas dari berjalannya perkonomian diluruskan terlebih dahulu.

Kemudian kami juga berkunjung ke kantor Koran Tempo yang berlokasi di Palmerah, di sana kami bertemu dengan Kanda Tulus dan Kanda Agus. Kanda Tulus memberikan arahan bahwa suara kader HMI di media, perlu ditingkatkan. Beliau menekankan bahwa media sosial saat ini, menjadi alat pendongkrak isu dan popularitas sebuah masalah. Kader seharusnya banyak terlibat dalam menanggapi dan juga aktif di media sosial.

Selanjutnya untuk pertemuan di Ciledug, selain bertemu Kanda Indaryanti dan Yunda Khomsiyah, kami juga bertemu dengan Yunda Tri, percakapannya mencakup kondisi komisariat dan cerita masa lalu kanda dan yunda nya.

Bersama Kanda Indaryanto dan Istri (Yunda Khomsiyah)

 

Bersama Kanda Indaryanto, Yunda Tri dan suami

Terakhir untuk pertemuan dengan kader HMI yang muda, beberapa alumni juga memberikan saran-saran untuk kami seperti Mas Rudi yang menekankan agar hubungan dengan alumni yang ada di Jogja sendiri juga harus terus dijaga, akan lebih baik kader tahu siapa saja alumni yang ada di Jogja. Kemudian Mbak Dilla yang menyarankan agar kami bisa membuat sekaligus membawa barang-barang yang dapat dijual ke alumni saat ada kegiatan seperti muhibah, reuni, RUPS HIK, dan sebagainya. Terakhir, masih banyak pelajaran dan saran-saran dari muhibah kali ini yang belum dicatat dalam postingan singkat ini. Pelajaran untuk kita semua dan khususnya untuk kami sebagai pengurus aktif di komisariat saat ini . Semoga saran-saran dan pelajaran yang didapat bisa direalisasikan ∎

 

Bersama Mas Rudi di Sekretariat Dewan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Ya-Ku-Sa!!!