Negeri yang berhutang

Alif, dia bukan lagi ibumu semata, sebuah negeri yang telah berutang tentang kejujuran padanya, karena mereka yang memegang pandu dan suluh, sibuk mengepas busana dan mencelak mata dengan sepasang buluh.

Padanya, adik Alif, setiap abjad dalam kata jujur adalah suratan seterang surya, ialah laku semurni ufuk, memerahkan darah mengaromakan keringatnya sepanjang hari-hari yang khianat.

Kitab dan seribu ujaran hambar, khotbah juga pepatah-petitih di depan mimbar, menguap ke udara secepat abab orang suci. Padanya, Alif,  jujur adalah baktinya sejak menjerang air hangat, hingga mendaras doa di malam-malam tanpa sekat.

Adik, maka ijinkan kami menjdi anak-anaknya pula, agar kami memiliki ibu tempat bertanya, arena setiap alamat tentang buda pekerti, telah dicincang cerdik-pandai di meja statistika, dicacah-cacah ke dalam kuali hitung dagang. Tanpa sisa.

-tulus wijanarko


Alumni HMI Cabang Sleman