Abah AOS: Seorang Ulama Kharismatik dari Tanah Pasundan dan Ajarannya

Abah Aos lahir pada tanggal 4 Agustus 1944 di Panjalu, Kabupaten Ciamis. Beliau adalah anak pertama dari pasangan Kh. Ibrahim dan Hj. Siti Muslihat. Beliau memiliki nama lengkap Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul, seorang ulama kelahiran dari Tanah Pasundan.

Pada usia 13 tahun, Abah Aos dikirim ke pesantren Gegempalan yang saat itu dipimpin oleh Kh. Iskandar Zainal Arifin. Karena kegigihannya dalam belajar, Abah Aos dengan cepat menguasai berbagai macam cabang ilmu agama, bahkan tak jarang melewati santri senior. Hanya dalam waktu 8 tahun, karakter keulamaannya sudah terbentuk, membuat Kh. Iskandar Zainal Arifin mengirimnya ke pesantren Cintawana Tasikmalaya asuhan Kh. Isak Farid yang terkenal akan keluasan ilmunya. Setelah pulang dari pesantren, Abah Aos menikah dengan Hj. Rosliani Hasnah dan mendirikan Pesantren Al-Ishlah pada usia 24 tahun. Nama pesantren ini kemudian berubah menjadi Pesantren Sirnarasa.

Pertemuan Abah AOS Dengan Guru Agung

Pada suatu saat di dapur pondok pesantren Suryalaya ibunda Abah Aos, Hj. Siti Muslihat sedang membuat sambal. Disaat itu Ibunda beliau didatangi oleh Abah Anom dan terjadi percakapan sebagi berikut:

Abah Anom: “Lagi bikin apa ‘bi?”

Hj. Siti Muslihat: “Lagi nyambel Pengersa”

Abah Anom: “Katanya punya anak laki-laki?”

Hj. Siti Muslihat: “Iya kedua-duanya, yang pertama baru diantar ke pesantren.”

Abah Anom: “Siapa Namanya?

Hj. Siti Muslihat: “Abdul Gaos”

Abah Anom: “Coba Ceritakan”

Hj. Siti Muslihat: “Sebelum mengandung anak itu saya bermimpi ada bulan masuk semua lewat jendela, setelah itu cahaya bulan hilang dan muncul uyut didampingi uwak (Syekh Muhammad Kahfi dan Kiai Syarifudin) dan berkata ‘Neng, mama datang mau memberitahu neng mau punya anak laki-laki, namanya Abdul Gaos, syukur kalau dipesantrenkan, kalau tidak pun dia akan menjadi pewaris ilmu laduni.’”

Abah Anom: “Terus?”

Hj. Siti Muslihat: “Alhamdulillah saya hamil, dan setelah 42x Qodiran (Manaqiban) anak itu lahir, hari jum’at jam 3 sore 5 menit, menjelang asar. Alhamdulillah tidak nifas, jadi habis wiladah langsung sholat.”

Abah Anom: “Terus?”

Hj. Siti Muslihat: “Kemarin saya mengantar dia ke pesantren Gegempalan Maparah Panjalu”

Abah Anom: Naaah … yang itu untuk Abah, Abah Perlu, Anak abah tidak akan ada yang jadi kiai.”

Sebuah percakapan penuh makna yang kelak nanti Abah Aos menjadi sang penerus dalam menjalankan ajaran TQN PPS Sirnarasa sebagai mursyid ke-38.

Awal pertemuan Beliau dengan guru agung Abah Anom terjadi pada bulan Maret tahun 1968 dan menjadi hari pertama beliau menajadi Murid Abah Anom. Dihari yang sama pada saat ingin pamit pulang. Beliau bertekuk lutut di hadapan Guru agung Abah Anom. Dan tangan kiri Abah Anom menepuk pundak Abah Aos dan bersabda mengutip surat Al-Baqoroh Ayat 247

“Sesungguhnya Allah Telah Mengangkat Tholut menjadi rajamu”.(Q.S Al-Baqoroh, 247).

TQN PPS Sirnarasa Menyongsong Peradaban Dunia

Tarekat Qodiriyyah Naqsyabandiyyah adalah salah satu dari sekian banyak Tarekat Mu’tabaroh yang terdaftar di JATMAN (Jam’iyyah Ahli Thoriqoh Mu’tabaroh An-Nadhliyyah). Ini merupakan gabungan dari 2 Tarekat besar, yaitu Qodiriyyah dan Naqsyabandiyyah. Tarekat Qodiriyyah adalah ajaran Tarekat yang bersumber dari Syekh Abdul Qodir Jaelani, yang dikenal dengan gelar Shulthon Auliya (Rajanya para wali) dan ditandai oleh Dzikir Jahar (Suara keras).

Tarekat Naqsyabandiyyah dikaitkan dengan Syekh Bahauddin An-Naqsyabandi, yang ditandai oleh Dzikir Khofi (Suara Halus). Kedua Tarekat besar ini digabungkan oleh seorang ulama besar asal Indonesia bernama Syekh Ahmad Khotib Sambas, yang memiliki banyak murid yang kemudian menjadi ulama besar. Sebagai contoh, Syekh Abdul Karim Al-Bantani (mengembangkan TQN jalur Banten), Syekh Kholil (bukan Syekh Kholil Bangkalan, mengembangkan TQN jalur Madura), Syekh Tholhah Cirebon (mengembangkan TQN jalur Cirebon yang kemudian dikembangkan oleh Abah Aos), dan Syekh Nawawi Al-Bantani (salah satu guru dari Hadratussyaikh Hasyim Asy’ary, Pendiri NU).

Abah Aos memiliki banyak pengikut yang menunjukkan bahwa ajarannya mudah diserap oleh berbagai golongan. Dengan ajaran Tawasut dan Tasamuh yang terkandung dalam Tanbih (sebuah wasiat dari guru agung Abah Sepuh), ajaran ini dapat berkembang dengan pesat. Mulai dari petani sampai pejabat, banyak orang yang telah menerima haq Talqin Dzikir TQN PPS Sirnarasa. Nilai-nilai yang terkandung dalam Tanbih diringkas oleh Abah Aos ke dalam 9 Pilar Peradaban dunia.

9 Pilar Adab Hidup di Dunia

Kepada yang lebih tinggi harus hormat

Dengan sesama jangan bertengkar

Kepada yang lebih rendah jangan menghina

Dengan fakir miskin harus kasih sayang

Tidak boleh benci kepada ulama yang sezaman

Jangan memeriksa ajaran orang lain

Tidak boleh memeriksa murid orang lain

Jangan berubah sikap meskipun kecewa

Mesti menyayangi orang yang membenci.

SILSILAH TQN PPS SIRNARASA

Salah satu syarat sebuah Tarekat Mu’tabaroh atau tidak adalah dari Silsilahnya yang bersambung sampai ke Rasulullah atau tidak. Maka berikut Silsilah TQN PPS Sirnarasa:

Silsilah PPS Sirnarasa

Robbul arbaabi wamu’tiqur riqoobi Alloh subhanahu wa Ta’ala

Sayyidunaa Jibbriil ‘alaihis salaam

Sayyidunaa manba-ul ‘ilmi wal asroori wa makhzanul faidli wal anwaari wa maljaa-ul ummati wal abroori  wamahbathu jibriila fil-laili wan nahaari wa habiibulloohis sattaaril ladzii unzila  ‘alaihi afdlolul kutubi wal asfaari sayyidunaa Muhammadunil mukhtaari shollaoohu ‘alaihi wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihil akhyaar

‘Aliy karomalloohu wajhah

Sayyiduna Husain rodliyalloohu ‘anhu

Zainal ‘Abidin rodliyalloohu ‘anhu

Sayyidunaa Muhammad Baaqir rodliyalloohu ‘anhu

Ja’far Shodhiq rodliyalloohu ‘anhu

Sayyidunaa Imam Musa al-Kaadhim rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Abul Hasan ‘Ali bin Musa al-Ridho rodliyalloohu ‘anhu

Ma’ruuf al-Karkhi rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Sirris Saqothi rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Abul Qosim Junaidil Baghdadiy rodliyallohu ‘anhu

Abu Bakrin Dilfisy-Syibli rodliyalloohu ‘anhu

Abul Fadl-li ao ‘Abbdul Waahid at-Tamiimii rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Abdul Faroj at-Thurthuusi rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Abul Hasan Alii bin Yuusuf al- Qirsyi al Hakaarii rodliyalloohu ‘anhu

Abuu Sa’iid al Mubarok bin Alii Makhzuumii rodliyalloohu ‘anhu

Syekh ‘Abdul Qoodir Al Jaelani Qoddasalloohu sirrohu

‘Abdul ‘Aziiz rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Muhammad al-Hattaak rodliyalloohu ‘anhu

Syamsuddin rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Syarofudiin rodliyalloohu ‘anhu

Nuuruddiin rodliyalloohu ‘anhu

Waliyuddiin rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Hisaamuddiin rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Yahya rodliyalloohu ‘anhu

Abuu Bakar rodliyalloohu ‘anhu

Abdurrohiim rodliyalloohu ‘anhu

Syekh ‘Ustman rodliyalloohu ‘anhu

Syekh ‘Abdul Fattah rodliyalloohu ‘anhu

Muhammad Murood rodliyalloohu ‘anhu

Syamsuddiin rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Ahmad Khootib Syambaasi rodliyalloohu ‘anhu

Tholhah rodliyalloohu ‘anhu

Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Ahmad Shohibulwafa Tajul ‘Arifin rodliyalloohu ‘anhu

Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh Maslul Al Qodiri An Naqsabandi Al Kamil Mukammil Al Muwaffaq Qoddasalloohu Sirrohu