Quo Vadis Harga Minyak dalam Diskusi HMI Komisariat FEB UGM

Sleman-(3/5) Pada Sabtu (2/5) malam, HMI Komisariat FEB menyelenggarakan kajian berjudul “Minyak Anjlok Pertanda Krisis Ekonomi Global? Kajian Perspektif Ekonomi Merespon Harga Minyak Negatif”. Moderator kajian yakni M. Hasan Fajri, kader HMI Komisariat FEB UGM yang juga Anggota Senat MPM KM UGM, membuka kajian pada pukul 20.00 wib.

Paparan Fahmi Rodhi

Kajian itu dibawakan oleh dua narasumber, diantaranya Fahmi Rodhi, Dosen FEB UGM yang juga alumni HMI Komisariat FEB UGM, dan Rahmanda Muhammad Thaariq, Peneliti Muda PRAKARSA. Kajian ini fokus mengulik anjloknya harga minyak dunia di tengah pandemi COVID-19.

Paparan Rahmanda Muhammad Thaariq

Dalam paparannya, Rahmanda mengulas masalah teknis ketiga pelaku pasar minyak, yakni produsen, pembeli minyak mentah, dan pembeli minyak retail saat pandemi COVID 19 sekarang ini. “Dalam perjanjian dagang berjangka, supply minyak mentah (sekarang) melimpah dan kemungkinan curang para pemain pasar”, jelasnya. “Peran OPEC yg semakin terbatas, perang harga, dan sistem kartel”, lanjutnya, menjadi penyebab permasalahan anjloknya harga minyak.

Paparan Fahmi Rodhi

Dalam kesempatan yang sama, Fahmi membeberkan skema untuk pemerintah Indonesia menanggulangi anjloknya harga minyak. “Menurunkan harga BBM dengan konsekuensi mematuhi rules yang ada dan bersiap jika dalam jangka panjang BBM naik lagi”, tuturnya. Atau dalam skema yang lain, “ tetap menahan harga seperti sekarang karena masyarakat juga belum terlalu urgent membutuhkan bahan bakar di masa pandemi”, tambahnya. Akan tetapi, dia mengingatkan konsekuensi skema yang kedua ini akan menurunkan daya beli dan pertumbuhan ekonomi.

Sebelum menutup diskusi, kedua pembicara lebih mengutamakan fokus pemerintah untuk menyelesaikan persoalan pandemi COVID-19 terlebih dahulu. “Skenario yg paling tepat adalah menyegerakan penanganan covid 19 agar perekonomian tidak terpuruk terlalu lama”, terang Fahmi. Akhirnya, setelah pertanyaan dari peserta diskusi habis, Hasan pun menutup diskusi yang berlangsung sekitar dua jam lebih lamanya. (DH)