Serba-Serbi Keberhasilan Kerja: Membohongi Pak Jusuf Kalla

Banyak manager dan senior manager di PT Bukaka Teknik Utama waktu itu tidak yakin dan tidak percaya terhadap materi presentasi saya, apalagi berkaitan dengan visi pengembangan usaha di bidang telekomunikasi, sesuatu yang jauh dari disiplin ilmu saya sewaktu kuliah. Singkat cerita, di tahun 1993 itu usulan dan rencana saya membangun divisi baru telekomunikasi banyak dicibir. Zahrul ‘kan orang pesantren. Zahrul ‘kan orang ekonomi. Mana tahu dia tentang telekomunikasi. Begitu kira-kira cibiran mereka.

Proyek KSO telekomunikasi ini ‘kan proyek besar dan butuh investasi besar. “Sudahlah, Pak Zahrul, jangan mimpi dan jangan mengecat langit!” komentar Pak Achmad Kalla ketika saya mencoba meyakinkan beliau untuk membentuk konsorsium PT Bukaka dengan Singapore Telecom International dan untuk ikut tender seleksi mitra KSO Telkom.

Saya merasa sedih, tetapi terus terang bisa memahami komentar dan pandangan Pak Achmad Kalla itu karena proyek ini memang akan berkait dengan investasi yang sangat besar Ya, sangat besar, US$450 juta, empat ratus lima puluh juta dollar Amerika. Bukaka never been in such huge project before. Bukaka belum pernah punya pengalaman proyek investasi sebesar itu dan bidangnya pun berbeda dengan yang selama ini ditekuninya, bidang transportasi dan bidang energi. Ketika saya lari ke Pak Fadel Muhammad, ternyata beliau tidak mempunyai banyak waktu untuk mendengar rencana dan usulan saya itu. Maklum beliau masih aktif sebagai Bendahara Partai Golkar sehingga sering diharuskan travelling ke daerah-daerah dan ke luar negeri.

Saya tidak menyerah dengan kondisi ini dan saya tetap ingin untuk meng-goal-kan proyek KSO Telkom ini. Teman saya Peter Pang dari Transpact Venture Capital sangat men-support usaha-usaha saya, termasuk memperkenalkan saya dengan beberapa eksekutif di Singapore Telecom. Senior saya, Pak Suharto, lulusan FE UGM sepuluh tahun di atas saya, yang waktu itu menjadi Kabiro Perencanaan Depparpostel sangat banyak memberikan informasi tentang rencana ke depan PT Telkom Indonesia yang berkaitan dengan rencana IPO. Untuk itulah dibutuhkan banyak konsorsium yang menggandeng World Wide Operator di bidang telekomunikasi untuk meng-goal-kan dan memuluskan rencana IPO-nya PT. Telkom.

Sebagian besar petinggi PT Bukaka tidak sama dengan saya dalam hal pandangan, rencana, dan usulan. Satu-satunya harapan hanya tinggal Komisaris Utama PT Bukaka, yakni Pak Jusuf Kalla. Beliau memang pernah mendengar proyek KSO ini, tetapi belum mengerti sepenuhnya. Saya berpikir bagaimana meyakinkan beliau. Saya berpikir keras, bagaimana, ya, agar beliau mendukung proyek KSO yang sedang saya gagas ini. Saya memohon petunjuk kepada Allah SWT, saya meminta support doa dari santri-santri pesantren teman saya, Dar el Qolam Gintung Balaraja, dan tidak lupa minta doa restu Bapak dan Ibu saya di Muntilan.

 

Alhamdulillah, timbul ide untuk mempertemukan Menteri Parpostel Bapak Joop Ave dengan Pak Jusuf Kalla. Saya yakin kalau Pak Joop yang menerangkan dan meyakinkan Pak Jusuf Kalla, insyaAllah beliau mau men-support sepenuhnya pembentukan perusahaan PT Bukaka Singtel International dan ikut tender KSO Telkom. Nah, ketika saya bertemu dengan Pak Joop Ave, saya langsung bilang begini, “Mohon maaf, Pak Menteri, jika Bapak berkenan, Pak Jusuf Kalla, Komisaris Utama PT Bukaka, ingin ketemu Bapak untuk proyek KSO Telkom ini. Minggu ini apakah Bapak berkenan untuk menerima beliau?” Jawab Pak Joop, “Pak Jusuf Kalla? I know him very well. I know him very well. My pleasure! Let Pak Jonathan Parapak to arrange the meeting. Oh no… Budi… Budi… ke sini! Tolong atur waktu minggu ini, Pak Jusuf Kalla mau ketemu saya!”

Setelah mendapat waktu dari Mas Budi, sekretaris Pak Joop, buru-buru saya menelepon kantor NV Hadji Kalla di Ujung Pandang (sekarang Makassar – red.) untuk berbicara langsung dengan Pak Jusuf Kalla. Waktu itu beliau masih menjadi saudagar biasa, belum jadi Menteri, belum jadi Wakil Presiden. Saya bilang begini, “Assalamu’alaikum Pak Jusuf, mohon maaf, Bapak dipanggil Pak Joop Ave hari Kamis jam tiga sore di rumah dinasnya di Jalan Denpasar.” Sedikit kaget Pak Jusuf balik bertanya, “Mengenai apa ini, Rul?” “Mengenai proyek KSO Telkom yang akan konsorsium dengan Singtel International itu, Pak, yang saya presentasikan sebelumnya,” jawab saya tegas. “Lho, itu proyek beneran, Rul?” “Ya bener, Pak, makanya Pak Menteri panggil Bapak untuk bicara proyek itu.” “Oke-oke, kalau gitu tolong fax ke saya highlight-nya hari ini.” “Baik, Pak.”

Begitulah ceritanya bagaimana saya sudah ‘membohongi’ Pak Jusuf Kalla, tetapi insyaAllah untuk sesuatu yang baik dan bermanfaat. Sebenarnya Pak Joop Ave memang tidak pernah memanggil Pak Jusuf Kalla. Itu akal-akalan saya saja supaya Pak Joop Ave bisa bertemu dan meyakinkan Pak Jusuf Kalla tentang pentingnya proyek KSO itu. Pinjam tangan, begitulah kira-kira istilahnya.

Singkat cerita, dari 120 konsorsium yang ikut tender untuk lima Divre Telkom akhirnya pada tahun 1995 PT Bukaka Singtel International dengan dibantu oleh Financial Consultant Carr Indosuez telah di-award untuk KSO dengan basis Revenue Sharing di Divre VII (Indonesia Timur) untuk masa KSO 15 tahun. PT Telkom akhirnya memberi penilaian bahwa PT Bukaka Singtel International is the best in performance and the best in revenue earned among 5 Divre Telkom 

Zahrul Hadiprabowo, 7553/E [Alumni] – Komisaris Utama BPRS HIK